Kamis, 02 Desember 2010

Menabur Benih

Keluarga adalah sekolah penyelamatan, karena keluarga merupakan ecclesiola (Gereja Mini), pembawa misi penyelamatan. Sebagai sekolah penyelamatan, keluarga adalah tempat pendidikan. Pendidikan sering disempitkan menjadi searti dengan pengajaran di sekolah. Padahal pengajaran di sekolah hanyalah bagian dari pendidikan.
Pendidikan adalah usaha mendewasakan seseorang dengan cara menanamkan dan memberikan kondisi pertumbuhan pada nilai-nilai tertentu. Istilah yang dipakai dalam Injil adalah ‘menaburkan benih – menciptakan kondisi tanah yang subur, agar menghasilkan buah yang memuaskan (bdk.Mat.13,18-23).
Konkritnya dalam hal pendidikan anak, para orang tua mempunyai kewajiban untuk menaburkan nilai-nilai kristiani, menciptakan kondisi budi dan hati si anak, agar mengerti dan memahami, serta memberikan spirit untuk menghayatinya. Dengan demikian nilai-nilai kristiani tersebut tidak hanya menjadi pengetahuan bagi si anak, tetapi juga menjadi prinsip (menyangkut keyakinan hati) dalam hidup sehari-hari.
Jika kita berharap untuk menuai gandum, kita sendiri harus mau menaburkan benih gandum. Bagaimana mungkin orang tua mengharapkan buah gandum dari si anak, jika benih yang ditaburkan bukan benih gandum, karena orang tua menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada pembantu rumah tangga, yang karena keterbatasan pendidikan dan waktunya, hanya sempat menaburkan benih ilalang.